Kedudukan ruh dan
hawa nafsu dalam kehidupan manusia sangatlah berpengaruh terhadap jiwa
manusia, sehingga hal ini akan menimbulkan kondisi-kondisi kejiwaan. Ada
tiga kedudukan ruh dan hawa nafsu, yaitu ruh mendominasi hawa nafsu,
ruh tarik menarik dengan hawa nafsu, dan hawa nafsu mendominasi ruh.
Untuk yang pertama, ruh mendominasi hawa nafsu. Seperti yang kita
ketahui bahwa ruh akan memberikan hal-hal yang baik. Maka ketika ruh
yang mendominasi hawa nafsu, seseorang akan senantiasa berdzikir
(mengingat Allah).
Orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau
dalam keadan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit
dan bumi. Dan ketika kita itu ia akan merasakan ketenangan jiwa karenanya. Sebagaimana firman Allah swt.
Artinya:
"(yaitu) orang-orang yang beriman dan hati mereka manjadi tenteram dengan
mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingati Allah-lah hati
menjadi tenteram." (QS. Ar-Raad (13):28)
Pada kedudukan
ruh dan hawa nafsu yang saling tarik menarik, akan berorientasi pada
akal. Dimana akan membuat seseorang menjadi seorang munafiq. Dalam
kedudukan ini, orang itu akan menipu dirinya sendiri. Seperti dalam
firman Allah swt.
Artinya:
"Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, padahal mereka
hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar." (QS. Al-Baqarah (2):9)
Akan tetapi dalam keadaan ini juga seseorang ketika mengetahui kesalahannya, maka ia akan sangat menyesali dirinya.
Yang terakhir
adalah hawa nafsu yang mendominasi ruh. Ketika hal ini yang terjadi pada
seseorang, maka orang itu akan tertutupi pandangannya oleh syahwat.
Akibat dari itu ia akan mencintai kehidupan dunia ini dan melupakan apa
tujuan sebenarnya kehidupan ini, yaitu akhirat. Sebagaimana firman Allah
swt.
Artinya:
"Dijadikan
indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang
diingini, yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis
emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang.
Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali
yang baik (surga)." (QS. Ali-Imran (3):14)
Dalam keadaan ini
seseorang yang dikendalikan oleh hawa nafsunya akan selalu
diperintahkan olehnya (hawa nafsu) untuk berbuat kejahatan. Sebagaimana
firman Allah swt.
Artinya:
"Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya
nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi
rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha
Penyanyang." (QS. Yusuf (12):53)
Demikian, bahwa dominasi dzikir, akal atau syahwat dapat menimbulkan tiga kondisi jiwa, yaitu muthmainnah, lawwamah, dan amarah. Sangat penting bagi kita untuk meningkatkan keimanan kita untuk mencapai nafsu muthmainnah. Jadi, berusalah selalu agar ruh yang mendominasi hawa nafsu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar